Review Novel 40 Hari karya Ade Igama, Penulis Buku Horror Indonesia

Konten [Tampil]

 

Jika ada sebuah teknologi yang memungkinkan kamu bertemu dan bicara dengan orang yang telah meninggal dunia, apakah kamu akan menggunakannya? Novel 40 Hari karya Ade Igama menjelaskan pengaruhnya.

Review Buku 40 Hari karya Adeigama, Penulis Buku Horror Indonesia

First impresi buku ini bagus menurutku, sebab pada suatu kala aku sedang ke Airlangga bersama Boo, buku ini menjadi salah satu pilihan selain taktik blog karya Angel dan Ollie serta satu buah buku yang aku lupa judulnya apa.

Buku 40 Hari ini adalah novel yang sebenarnya berjudul 40 Hari, Takdir Itu Bernama Hidup dan Mati. Novel genre psychological thriller novel yang ditulis seorang penulis bernama Ade Igama, penulis yang memang sering menulis cerita horor.

Sebelumnya, Ade Igama juga pernah menulis novel horor yang berjudul Kosong, sebuah novel yang aku tamatkan saat MTS dulu.


Review Novel 40 Hari karya Ade Igama

Siapa Ade Igama?

Dalam biografi penulis, Adeigama bisa kita katakan bukanlah lagi seorang penulis pemula melainkan expert di bidangnya, hal itu bisa kita lihat dari diksi yang ia gunakan dalam novel ini serta jejak kepenulisannya.

Adeigama mulai menulis cerita horror semenjak tahun 2011 dengan akun Twitternya, @kisahHorror. Dua tahun kemudian dia mulai menulis buku pertamanya yang berjudul Di Antara Dua Dunia dan terus menulis buku-buku dengan genre horror.

Dalam biografinya sendiri, kalian bisa menghubungi penulis melalui kisahhorror@gmail.com dan twitter.com/kisahhorror. Siapa tahu sobat bisa belajar kepenulisan diksi-diksi horror di beliau, dan mungkin mendapatkan kawan baru dalam dunia kepenulisan.

Nah, setelah kita mengulik sedikit kisah authornya, perlu dong sobat tahu bentuk fisik dan lain-lain dari buku ini, serta pemaknaan yang bisa didapat. Saya akan jelaskan secara rinci dan semoga, bisa menjadi acuan sobat ketika ingin membelinya.


Buku 40 Hari karya Adeigama, Worth It kah Untuk Dikoleksi?

Nah, sebelum pertanyaan diatas dijawab, saya akan menguraikan setiap inchi bukunya kepada sobat semuanya. Dan bilamana ada yang luput dari bahasan kami, bisa spoill dong di kolom komentar agar kami bisa muhasabah diri :).

Desain Buku Novel 40 Hari

Tampilan luar bukunya cukup bagus, ada judul utama yang terpampang dengan garis horizontal bewarna hitam dengan paduan gambar Abdi dan Natasha yang sedang berdampingan. Mereka menggunakan baju pernikahan, sesuai dengan cerita mereka dalam kisah ini.

Adanya tambahan daun yang berguguran serta mereka berdua yang terbaring diatas bebatuan juga menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk rapuh, dan akan kembali kepada asal ia dicipta.

Cover bukunya juga bagus, kendati bukan hard-cover, namun penerbit MediaKita sudah jelas tidak akan menyia-nyiakan pembaca mereka sehingga covernya cukup kuat. Dengan gambar dua sejoli yang saling mencintai, covernya melengkapi. 


Kertas Novel 40 Hari

Saya tidak terlalu tahu mengenai kertas yang digunakan, akan tetapi itu bukan kertas telur, bukan juga kertas polos biasa.

Pertama kali membelinya dan sampai sekarang, adalah hal yang menyenangkan ketika kita mendekatkan hidung kemudian mengendus-endus baunya, aroma buku menyeruak kedalam syaraf, menenangkan logika untuk berdiskusi.

Menurut saya, kertasnya termasuk bagus dan tidak akan luntur jika terkena air.


Latar, Cerita, dan Tempat Novel 40 Hari

Cerita yang dibawakan memiliki alur maju, berada pada daerah perkotaan Jakarta dengan segala rutinitasnya. Latar tempat utama dalam cerita ini adalah rumah, kantor, rumah sakit, dan kediaman mereka yang gagal ditempati.

Dalam alur cerita, kisah romansa Abdi dan Natasha tergambar jelas, persahabatan Natasha dan Febi juga diceritakan rapi sampai menjelang akhir cerita.

Cerita yang diangkat juga unik, Adeigama melakukan penulisan yang fokus pada pengembangan karakter serta fokus pada alur cerita, jadi tidak terlalu bertele-tele. Beliau juga tidak hanya menggunakan teknik tell, melainkan show pada beberapa bagian novelnya.

Kelebihan dan Kekurangan Novel 40 Hari

Setidaknya ada beberapa kelebihan dan kekurangan novel 40 hari. Saya akan memulainya dari hal yang saya sukai dulu.

Pemilihan Kata Tepat

Pemilihan kata atau diksi yang digunakan Adeigama bisa diacungi jempol. Pengalaman kepenulisan semenjak tahun 2011 dan dituangkan dalam bentuk novel pada tahun 2018 ini bisa terlihat perkembangannya. 

Adeigama tidak terlalu mensastra dan tidak terlalu mengkotbahi manusia, melainkan mengajak mereka untuk memaknai kematian itu sendiri dengan penggalan kata secukupnya. Membiarkan pembaca merenung dalam benak masing-masing.

Plot Twist Novel 40 Hari

Plotwist yang dibawakan novel ini juga bagus, pada endingnya kita akan direkcoki oleh penulis mengenai eksistensi Natasha sehingga kita akan berpikir sejenak sebelum mengetahui eksistensi Natasha yang sebenarnya.

Tidak tertebak memang, namun plotwist itu tidak terlalu mengejutkan saya selaku pembaca sebab saya bisa menebaknya :(.

Kekurangan Novel 40 Hari

Ada beberapa hal yang tidak saya suka, diantaranya.

Feeling

Kematian kekasih Natasha mestinya menyedihkan sebab mengenaskan, tetapi sayangnya saya tidak merasakannya. Dalam novel ini, saya lebih cenderung merenung dibandingkan merasakan alur cerita. Mungkin karena temanya bagus.

Plotwist Yang Dapat Ditebak

Kendati Ade Igama telah merecoki saya, namun saya bisa menebaknya. Kendati genre yang digunakan adalah pscyhological thriller, rasanya biasa saja.

Kurang Seru

Thriller cenderung erat dengan pertarungan epik, dalam novel ini pertarungan yang dilakukan adalah pertarungan emosi antara Natasha dengan dirinya sendiri. Bagi saya itu bagus, tetapi beberapa gangguan makhluk jahat dalam novel ini bisa dikembangkan sehingga thrillernya lebih terasa.

Hal Yang Bisa Didapatkan Dalam Novel 40 Hari

Saya akan mencoba menulis makna dari buku ini tanpa melakukan spoiler agar menghormati anda yang ingin membelinya atau hanya sekedar mengoleksi bukunya. Saya akan memberikannya judul yang sederhana:

Kematian dan Pemaknaan Akan Kematian Itu Sendiri

Buku ini berisi tentang kehidupan manusia dan bagaimana takdir bergerak dengan arah yang tiada terduga-duga, bagaimanapun kita merencanakan kisah hidup yang kita miliki, sesempurna apapun kehidupan yang kita rencanakan dan akan jalani, namun jika takdir bergerak maju kemudian berhenti maka kita harus bersiap-siap untuk menerimanya, melebarkan dada selebar mungkin karena kehidupan sejatinya berisi pedih dan luka.

Namun sayangnya sebagai manusia, kita cenderung memaksa diri kita untuk melawan takdir itu, lupa bahwasanya hal terpenting yang semestinya kita lakukan adalah menerima dan mengikhlaskan mereka, dan sadar bahwa sejatinya sebagai manusia, kita semua akan mati.

Manusia adalah makhluk yang rapuh, namun jika kita bersama, kita bisa saling menguatkan dan saling menjaga dengan erat. Lagipula ketika manusia sedang ada pada fase terendah kehidupan mereka, kerapkali yang mereka butuhkan adalah tempat untuk mencurahkan perasaan mereka, tempat berkomunikasi yang nyaman serta mendengarkan apa yang mereka omongkan.

Manusia nyatanya membutuhkan manusia lain yang benar-benar peduli akan diri mereka, kita tidak butuh kalimat motivasi ataupun kutipan-kutipan dari buku best seller dunia, kita hanya perlu merasa dipedulikan, namun manusia kadang lalai dalam hal ini serta melupakan bahwa manusia sejatinya adalah makhluk sosial, kita lahir dari komunikasi dan kepedulian.

Tapi mungkin pengkhianatan dan stigma membuat kita menjadi makhluk penyendiri, seperti sebuah bintang redup yang ada di antriksa, sendiri pada sebuah galaksi yang luas dan sepi. Kita ada, hanya saja kita sedang meredup, dan beberapa langkah lagi, redup itu mungkin akan menjelma tiada.

Jika membicarakan mengenai kematian, saya selalu teringat akan lagu Charless Benington dengan band-nya, Linkin Park yang membawakan lagu One More Light, sebuah lagu tentang depresi.

Dalam lagu tersebut, Charless Benington menciptakan sebuah lirik dimana pertanyaan mengenai kepedulian masih ada atau tidak, Who cares if one more light goes out in the million of stars? Siapa sih yang akan peduli jika anda satu bintang yang tiba-tiba redup dan mati diantara jutaan bintang lainnya? Siapa yang akan peduli jika ada satu orang meninggal di dunia ini, diantara milyaran orang lainnya? 

Buku ini sebenarnya menjawab pertanyaan tersebut, yang mana kepedulian sebenarnya akan selalu ada, hanya saja terkadang kita yang ada dalam tahap depresi tidak mampu melihatnya, karena kami sedang fokus dengan masalah yang kami hadapi.

Selebihnya, buku ini akan membawa kalian menuju pemakanaan akan kematian itu sendiri, terlepas ujungnya kalian suka atau tidak, akan tetapi buku ini kendati buku ringan memang bisa diresapi dan dimaknai dengan lebih baik lagi agar kita bisa lebih menerima hidup yang kita miliki.

Review Buku 40 Hari karya Adeigama, Penulis Buku Horror Indonesia
Buku 40 Hari Karya Adeigama, bagus nggak?



Buku : 40 Hari, Takdir Itu Bernama Hidup dan Mati

Penulis      : Adeigama

Genre : Thriller, Psychological Thriller, Mystery

Halaman        : 175 Halaman

ISBN : 978-979-794-553-4

Cetakan         : Pertama, 2018

Penerbit  : MediaKita

Harga             : 15.000 Rp - 55.000 Rp (Saya membelinya waktu diskon, hehehe). 

Novel 40 Hari, Takdir Itu Bernama Hidup dan Mati

Terima kasih telah berkunjung ke BukuBagus, terima kasih telah membaca! BukuBagus merupakan website rekomendasi buku, silahkan berlangganan atau tulis di kolom komentar tentang buku yang layak untuk dibaca semua orang. Ayo bantu orang lain menemukan buku yang membuat mereka jatuh cinta akan membaca!

Looking for another book? Check  it on Review Novel - Review Buku at this website!

Posting Komentar

0 Komentar