Cara Membuat Critical Book Review yang Baik dan Benar Disertai Contoh
Cara Membuat Critical Book Review yang Baik dan Benar Disertai Contoh
Menulis critical book review tidak sekadar merangkum isi buku, tetapi juga mengevaluasi secara mendalam isi buku secara objektif.
Bagi mahasiswa atau peneliti, kemampuan ini penting untuk mengasah analisis kritis serta bisa menjadi kemampuan khusus bila terjun ke studi pustaka.
Biar tidak panjang kalam, artikel ini akan membahas cara membuat critical book review, dilengkapi contoh critical book review, termasuk contoh critical book review 2 buku, hingga bonus critical book review bahasa Inggris dan format PDF.
![]() |
Made with Canva |
Apa Itu Critical Book Review?
Critical book review adalah ulasan kritis terhadap sebuah buku yang mencakup:
- Ringkasan konten
- Kelebihan & kelemahan buku
- Analisis argumen penulis
- Relevansi buku dengan topik tertentu
Berbeda dengan resensi biasa, critical review menuntut pendapat objektif dan evaluasi mendalam dari sebuah buku yang ditelaah oleh seorang kritikus buku. Untuk lebih memahaminya secara mendasar, perlu sekiranya kita berawal dari struktur menulis critical book review.
Struktur Critical Book Review
Berikut format standar dalam menulis critical book review:
1. Identitas Buku
Dalam menulis identitas buku, maka ada beberapa hal yang mesti ada di dalamnya sehingga kita sebagai seorang pereview buku yang kritis dipercayai dan guna pembaca bisa membandingkan kita dengan kritikus lainnya.
Hal yang mesti ada dalam identitas buku adalah;
- Judul buku
- Penulis
- Tahun terbit
- Penerbit
- Jumlah halaman
2. Pendahuluan
Pada pendahuluan, kita bisa menjelaskan hal-hal yang membuat kita memilih buku tersebut untuk dianalisa. Hal ini tidak jauh berbeda dengan peneliti yang mau meneliti sebuah kasus, maka sudah pasti ada hal yang menariknya untuk mau mengambil kasus atau penelitian tersebut.
Dalam pendahuluan, setidaknya ada beberapa hal yang mesti ada, yang diantaranya;
- Latar belakang pemilihan buku
- Tujuan penulisan review
- Pernyataan umum tentang isi buku
3. Ringkasan Isi Buku
Pada bab ini, kita bisa meringkas premis yang diangkat oleh penulis. Ringkasannya to the point dan tidak boleh bertele-tele, tidak boleh juga terlalu spoiler. Beberapa hal yang mesti diperhatikan;
- Jelaskan ide utama buku secara singkat
- Sertakan bab-bab penting
- Hindari spoiler berlebihan
4. Analisis Kritis
Ini adalah inti dari sebuah critical book review. Jika kita ingin mengulas buku secara kritis, maka kita sudah membacanya terlebih dahulu untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bukunya. Perlu juga menandai hal-hal yang sekiranya penting.
Dalam analisis kritis kita bisa membuat scope hal yang kita lihat baik dari kelebihan dan kekurangannya, misalnya seperti pengembangan karakter, plot, dan setting cerita (jika novel). Namun jika buku non Fiksi, maka argumen dan kredibilitas bisa menjadi acuan.
Dalam membuat analisis kritis, hal yang harus diperhatikan untuk diperbandingkan adalah;
- Kelebihan buku seperti keunikan argumen, gaya penulisan, data pendukung
- Kelemahan buku seperti kontradiksi, kurangnya referensi, dan bias penulis
- Perbandingan (bisa dilakukan jika anda sedang melakukan critical book review 2 buku)
5. Kesimpulan & Rekomendasi
Dalam bab kesimpulan, kita bisa menentukan nilai sebuah buku secara objektif dengan memberikan nilai pribadi terhadap aspek-aspek yang menjadi objek kritik dan telaah kita, dengan begitu maka kita bisa menilai keseluruhan buku secara objektif.
Bab ini, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dan dipertanyakan, yang diantaranya:
- Nilai keseluruhan buku
- Apakah buku ini direkomendasikan? Untuk pembaca seperti apa?
Contoh Critical Book Review
Jika anda ingin membaca contoh-contoh critical book review, buku karya Widyastuti dan Eko dalam Kaum Novel bisa menjadi acuan. Kalau anda tertarik, anda bisa melihatnya disini (Kaum Novel).
![]() |
Made with Canva |
Contoh 1: Critical Book Review Pendidikan Pancasila
Identitas Buku
Judul Buku: Pancasila dalam Tantangan Zaman
Penulis: Prof. Dr. Arief Budiman
Penerbit: Pustaka Akademika
Tahun Terbit: 2020
Tebal Buku: xii + 280 halaman
1. Pendahuluan
Buku Pancasila dalam Tantangan Zaman hadir sebagai respons atas semakin memudarnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Prof. Arief Budiman, seorang pakar filsafat politik, mencoba menganalisis relevansi Pancasila dalam konteks kekinian. Saya memilih buku ini karena klaim penulis tentang pendekatan kritis-sejarah yang digunakan untuk membedah Pancasila, berbeda dengan buku serupa yang cenderung normatif.
2. Ringkasan Konten
Buku ini terbagi dalam 5 bab utama:
1. Pancasila dalam Lintasan Sejarah (Analisis perkembangan Pancasila sejak era pra-kemerdekaan hingga reformasi)
2. Dekonstruksi Makna Kelima Sila (Pembahasan filosofis tiap sila dengan pendekatan hermeneutika)
3. Pancasila vs Ideologi Global (Perbandingan dengan kapitalisme, sosialisme, dan fundamentalisme agama)
4. Kasus Kontemporer (Implementasi Pancasila dalam isu korupsi, radikalisme, dan kesenjangan sosial 2010-2020)
5. Proyeksi Masa Depan (Rekomendasi kebijakan pendidikan dan politik berbasis Pancasila)
Metode penulisan menggabungkan analisis teks Proklamasi, UUD 45, dan pidato Soekarno dengan data kuantitatif (survei LSI tentang pemahaman Pancasila di kalangan milenial).
3. Analisis Kritis
Adapun kelebihan buku yang ditulis Budiman Arief ini diantaranya adalah
- Satu, Kedalaman Historis - Bab 1 menyajikan fakta kurang dikenal seperti pengaruh social democracy Eropa pada perumusan Pancasila (hlm. 45-52).
- Dua, Analisis Multidisiplin - Mengaitkan filsafat politik dengan ekonomi (contoh: sila Keadilan Sosial vs neoliberalisme, hlm. 132-140)
- Tiga, Data Mutakhir - Penggunaan survei SETARA Institute (2019) tentang intoleransi di kampus (hlm. 203)
Kendati buku ini cukup komperhensif, namun ia masih memiliki kelemahan. Adapun kelemahan buku ini diantaranya adalah
- Bias Interpretasi - Penulis terlalu menekankan Pancasila sebagai "anti-liberal" tanpa analisis seimbang (contoh: tidak membahas kesamaan nilai HAM dalam sila 2)
- Kurangnya Pembahasan Pancasila di Dunia Digital - Hanya 7 halaman membahas media sosial (hlm. 221-228), padahal judul buku menjanjikan analisis "tantangan zaman"
- Over-simplifikasi - Klaim bahwa "Pancasila adalah solusi tunggal" untuk radikalisme (Bab 4) tanpa bukti empiris memadai
4. Perbandingan dengan Referensi Lain
Buku ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan buku lainnya, yang diantaranaya adalah buku
- Pancasila sebagai Ideologi Terbuka (FX. Adi Samekto, 2018), Buku Budiman lebih kritis tetapi kurang dalam proposisi solutif
- Pancasila di Era Disrupsi (Yudi Latif, 2021), Latif lebih kuat dalam analisis teknologi digital
Buku ini lebih komperhensif dan bisa menjadi acuan utama untuk mahasiswa yang belajar tentang ilmu politik.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Buku ini berhasil sebagai kritik ideologis tetapi gagal sebagai panduan praktis. Oleh sebab itu, buku ini cocok untuk akademisi filsafat politik dan aktivis kebangsaan. Akan tetapi, buku ini tidak cocok untuk praktisi pendidikan yang butuh modul implementasi.
Rating: 3.5/5
• Nilai akademis: ★★★★☆
• Relevansi praktis: ★★☆☆☆
Contoh Kutipan Kritis
"Pancasila versi Orde Baru telah dimuseumkan, tetapi kita belum menciptakan 'Pancasila hidup' untuk era digital" (hlm. 275).
Contoh 2: Critical Book Review 2 Buku
Membandingkan buku Atomic Habits dan The Power of Habits.
Judul
Critical Book Review: "Atomic Habits" vs "The Power of Habit" – Mana yang Lebih Efektif?
Identitas Buku
Dalam dunia pengembangan diri, dua buku tentang kebiasaan ini sering dibandingkan, yaitu buku Atomic Habits karya James Clear (2018) dan buku The Power of Habit oleh Charles Duhigg (2012). Keduanya membahas cara membentuk kebiasaan baik dan menghilangkan yang buruk, tetapi dengan pendekatan berbeda.
Manakah yang lebih bermanfaat?
1. Ringkasan Konten
Secara popularitas, buku Atomic Habit memang lebih terkenal. Buku ini cenderung mengacu kepada kekhususan kita untuk fokus pada perubahan kecil yang konsisten, dan penguatan bahwa kita mesti kuat di dalam system, bukan tujuan.
Clear menjelaskan empat cara untuk membuat sebuah kebiasaan baik menjadi kebiasaan mutlak, yang disebutnya 4 hukum perilaku. Empat hal itu adalah
- Make it obvious (Buat kebiasaan terlihat)
- Make it attractive (Buat menarik)
- Make it easy (Buat mudah dilakukan)
- Make it satisfying (Buat memuaskan)
Contoh praktisnya seperti "habit stacking" (mengaitkan kebiasaan baru dengan yang sudah ada) dan mendesain lingkungan agar otomatis mendukung kebiasaan baik.
Sementara itu, The Power of Habit karya Duhigg menekankan pada sains. Sebagai seorang jurnalis investigasi ia menjelaskan tentang adanya Habit Loop atau Lingkaran Kebiasaan. Baginya, sebuah rutinitas atau kebiasaan terjadi akibat Habit Loop seperti ini;
• Cue (Pemicu) → Routine (Rutinitas) → Reward (Hadiah)
Buku ini lebih banyak membahas studi kasus neurosains dan korporasi, seperti bagaimana Starbucks melatih karyawan mengelola emosi atau bagaimana Pepsodent mengubah kebiasaan sikat gigi masyarakat.
2. Kelebihan & Kelemahan
Kedua buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kita beranjak dulu dari kelebihan dan kekurangan Atomic Habits.
Clear memberikan kita panduan praktis dan langkah-langkah konkret untuk membangun kebiasaan. Selain itu, ia memiliki gaya penulisan ringan sehingga mudah dipahami pemula. Dan caranya, yaitu fokus pada sistem, bukan tujuan membantu perubahan jangka panjang banyak masyarakat.
Namun di lain sisi, Atomic memiliki kelemahan tersendiri. Pertama, kebiasaan adalah suatu hal yang kompleks. Sementara buku ini terlalu sederhana dan kurang membahas kebiasaan kompleks seperti kecanduan dan trauma.
Kendati mudah dibaca, buku ini minim dasar ilmiah, Atomic Habit cenderung lebih banyak berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Hal ini jelas menyedihkan sebab Atomic Habits bisa membuat kecacatan berpikir hasty generalization.
Sementara itu, The Power of Habit karya Duhigg memiliki kelebihan dalam dukungan data ilmiah yang disajikan dengan penelitian MRI dan eksperimen kebiasaan. Duhigg secara hebat mampu menganalisis kebiasaan kolektif yang bisa mempengaruhi kebiasaan organisasi maupun masyarakat.
Kendati demikian, buku ini kurang dan susah menjadi panduan praktis, bahkan Duhigg Lebih banyak teori daripada langkah aplikatif. Dampaknya? Kendati bukunya bagus, hanya saja buku ini tidak cocok untuk khalayak ramai. Duhigg juga menggunakan studi kasus yang terlalu spesifik seperti menggunakan contoh korporasi. Padahal kebiasaan adalah sesuatu hal yang kompleks sehingga tidak selalu relevan untuk individu.
3. Mana yang Lebih Baik?
Untuk menilai mana yang lebih baik diantara buku ini, maka secara obkektif penulis memberikan indikator-indikator penilaian yang bisa menjadi acuan.
Kriteria "Atomic Habits" "The Power of Habit"
Kemudahan Aplikasi ★★★★★ ★★★☆☆
Kedalaman Sains ★★☆☆☆ ★★★★★
Relevansi Individu ★★★★★ ★★★☆☆
Analisis Sosial ★★☆☆☆ ★★★★★
Dari penilaian di atas, dapat diketahui bahwa The Power of Habits menang. Kendati demikian, kedua buku ini layak mendapati rekomendasi. Atomoc Habits cocok jika anda ingin langkah langsung membangun kebiasaan yang baik seperti olahraga maupun produktivitas. Sementara The Power of Habit bisa dibaca jika Anda tertarik sains kebiasaan atau ingin mengubah budaya tim/perusahaan.
4. Kesimpulan
Dari kedua buku tersebut dapat diketahui bahwa Atomic Habits bisa menjadi panduan praktis untuk perubahan personal, sementara The Power of Habits cocok untuk merubah kebiasaan komunal.
Jadi, apa kesimpulannya?
Menulis critical book review membutuhkan analisis mendalam dan objektivitas. Dengan struktur yang tepat, siapapun bisa membuat ulasan yang bernilai akademis. Jika membutuhkan contoh critical book review PDF, banyak tersedia di repositori universitas.
Salah satu template review buku sempat dibuat oleh California Association of Mariage and Theraphist, yang bisa anda download di link berikut Critical Book Review PDF.
Terimakasih telah berkunjung ke BukuBagus, dan sampai jumpa.
Posting Komentar
0 Komentar