Tentang Penulis

Konten [Tampil]

 

Namaku Maulana Abdul Azis. Kehidupanku berubah karena membaca buku, dan aku harap, kamu juga.

Itu adalah kelas sekolah dasar dimana aku berkenalan dengan buku-buku seharga 1.000-2.000 rupiah yang dijual pedagang mainan keliling. Ada ragam kisah, kebanyakan adalah cerita horor yang disertai dengan nilai-nilai religi; ustad yang bisa bertarung, azab, dan santet yang bisa dipantulkan melalui do'a.

SDN Renggung kala itu juga memiliki perpustakaan, dan maka dari itu aku kadangkala akan masuk ke perpustakaan dan membaca hal-hal yang menarik untuk dibaca. Salah satu yang membuatku jatuh cinta dengan membaca adalah series Maukah Kamu. Series ini dipenuhi gambar dan penjelasan yang unik, trivia, hal yang membuatku suka.

Source: Google

Selain itu, tentu saja karya-karya penulis Indonesia yang sudah banyak aku lupa namanya. Namun aku masih ingat beberapa judul seperti Bintik Hitam di Mata Karmin, Lelapak Lendong Kao, Ladang Telah Menghijau, kisah-kisah rakyat... yang mana ceritanya selalu menekankan tentang kebaikan.

Sementara yang sci-fi, aku suka membaca buku teknologi; membaca bagaimana kemajuan teknologi Jepang dan perdebatan apakah manusia akan meletakkan implan dalam otak mereka? Lalu, bagaimana jika implan itu di hack sehingga manusia dikendalikan? Tentang domba kloning dan pertanyaan; di masa depan, dapatkah manusia di kloning?

Kami masih terlalu mungil untuk mengetahui kebenaran. Namun melalui membaca buku, setidaknya kami memiliki keping-keping pengetahuan yang menuntun kami untuk ragu, ragu, yang  kemudian menuntun kami menuju kebenaran.

Masa MTS-MA juga adalah bagian yang tidak kalah menyenangkan. Ada banyak buku-buku yang bisa dibaca, dan kendati aku pada masa ini cenderung membaca novel dan karenanya ingin menjadi penulis, namun pendidikan di Nurul Haramain membawaku pada babak baru dalam hidup, sebuah langkah dan upaya untuk menjadi seorang penulis.

Gagal dalam dunia komik, aku membanting setir menjadi seorang penulis. Pondok tidak membiarkan kami memiliki gagdet, maka aku menulis pada buku Sidu. Namun nyatanya lebih banyak karyaku yang gagal; The Class misalnya (novel yang aku tulis saat 1 MTS), tidak bisa aku buat sampai tamat, kemudian Monster Slayer, novel yang aku buat saat kelas 2 MTS, juga ikut-ikutan gagal dan lebih banyak sekuelnya, yang mana, nggak tamat juga.

Namun pada masa ini, aku menulis sebuah novel yang berjudul Santri Killer. Novel inilah yang pertama kali aku tamatkan dan teman-temanku sangat suka membacanya. Santri Killer memiliki tempat dan teman-temanku menyuruh aku untuk terus menulisnya. Maka untuk pertama kali, novel itu terlahir, dan sayangnya dihilangkan oleh adik kelasku sendiri.

Nanti lagi aku lanjutkan...

Pernahkah kamu bertanya, di era teknologi AI sekarang ini,  membaca masih menjadi hal yang penting? Ilmu pengetahuan nyaris digemborkan oleh AI



Posting Komentar

0 Komentar