Review Buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis karya Franz Magnis Suseno

Konten [Tampil]

Review Buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis karya Franz Magnis Suseno

Meminjam bukunya dari kakak saya, saya segera jatuh cinta dengan buku ini. Franz Magnus menciptakan bukunya seperti sebuah makalah ataupun esai yang bisa dibaca dari bab manapun yang kita inginkan.

Sebelum kita membahas lebih jauh, sekiranya perlu mengetahui identitas buku Filsafat Sebagai Ilmu Berpikir Kritis terlebih dahulu.

Identitas Buku

Judul Buku   : Filsafat Sebagai Ilmu Kritis

Nama Asli Buku :  Filsafat Sebagai Ilmu Kritis

Penulis Buku    : Romo Franz Magnus Suseno

Penerjemah Buku   : -

Penerbit Buku    : Pustaka Filsafat

Tahun Terbit Buku   : 

Jumlah Halaman Buku   :

Ukuran Buku    :

ISBN Buku   :

Genre Buku : Filsafat,

Estimasi Membaca : 1-3 Hari

Rate Buku : 4/5

Harga Buku    : 50.000 Rp


Review Buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis
Cover buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis

Apa Kelebihan Buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis?

Setidaknya ada beberapa kelebihan yang dimiliki buku ini, yaitu;

Pertama, setiap bab memiliki pembahasannya masing-masing, kadang menceritakan tentang Karl Marx, kadang juga menceritakan tentang bagaimana Vox Populi Vox Dei atau Suara rakyat adalah suara Tuhan, yang ternyata bisa menjadi bumerang dua arah kepada masyarakat.

Kedua, kendati memiliki banyak bab, buku ini sangat renyah untuk dibaca. Ia tidak sulit, alasan inilah membuat saya percaya bahwa buku ini sangat cocok dibaca untuk pemula.

Ketiga, pembaca tidak perlu pusing untuk membuka buku dari bab berapa sebab setiap bab memiliki pembahasannya masing-masing, membaca bab ini atau bab yang lain sama saja, ia bisa dihabiskan kapanpun.

Lalu, Apa yang Dibahas Buku Ini?

Melalui buku ini Franz Magnus memberikan kita sekilas pandangan tentang bagaimana filsafat telah berkembang, dan bagaimana kemajuan filsafat hingga saat ini tiada pernah terlepas dari problematika yang ada.

Filsafat laksana sejarah, ia tidak muncul secara putih-bersih melainkan hidup dalam gelap-malam yang terus muncul seiring berkembangnya filsafat itu sendiri. Sebagaimana sejarah, tidak semua sejarah memberikan cerahnya, beberapa memberikan kelam, dan filsafat memiliki hal yang serupa.

Franz Magnus memberikan tulisan-tulisannya yang dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang kemudian ia ulas dan bahas. Pada akhir tulisan tak lupa beliau mencantumkan referensi sehingga para akademisi bisa berkaca maupun membaca lebih jauh.

Namun demikian, sebagaimana judul bukunya, kita mesti bertanya; apa sebenarnya tujuan filsafat? Ia memang ada bersama kita, namun bukankah ia hanya sekedar 'ada?', sebagaimana NPC, ia ada sebagaimana pelengkap?

Toh juga, bukankah manusia bisa hidup tanpa filsafat? Hal ini dipertanyakan oleh banyak orang, dan filsafat seringkali menjadi sebuah ilmu self-claim, ia mengklaim dirinya sendiri.

Misalnya, filsafat hingga kini seringkali disebut sebagai the mother of science, atau ibu dari ilmu pengetahuan. Disinyalir, bahwa ilu inilah yang pertama kali menyatukan ilmu-ilmu lainnya, sehingga tanpa filfasat, nyaris mustahil kita merasakan peradaban sekarang.

Kendati demikian, sejarah bergerak maju, dan ilmu telah menjadi begitu kompleks serta memiliki ruang lingkup tersendiri. Semakin lama, ilmu-ilmu menjadi semakin khusus, mereka awalnya berasal dari satu, tetapi kemudian memisahkan diri.

Dampaknya? Adanya dikotomi tersebut menjadikan filsafat menjadi semakin terlupakan sehingga pada akhirnya kita perlu menanyakan ulang, apa sebenarnya makna filsafat, apa fungsi yang sebenarnya?

Sebab jika kita mengatakan bahwa fungsi filsafat adalah kebijaksanaan, ia babak belur oleh agama. Orang-orang nyatanya lebih berpaling ke agama dibandingkan oleh filsafat. Lalu, apa?

Franz Magnus menjawab bahwa kendati babakbelur dalam banyak hal, Filsafat masih berfungsi sebagai alat manusia untuk berpikir kritis. Filsafat setidaknya memiliki posisi untuk mempertanyakan ulang hal-hal yang ada, menebak dan menerka masa depan nantinya akan seperti apa melalui kacamata etika dan nilai-nilainya.

Sehingga demikian, manusia yang membangun peradaban tidak terlalu bebas, dan dengan ketidakbebasan itulah manusia terselamatkan.

Oleh sebab itu, filsafat selamanya akan selamanya dibutuhkan, setidaknya untuk mengetahui dan memahami sudah sejauh mana ilmu pengetahuan melaju, dan kemungkinan-kemungkinan seperti apa masa depan nanti, akan menjadi baikkah? Atau sebaliknya. 

Dalam hal ini, saya percaya bahwa filsafat akan selalu dibutuhkan sebagai dasar, dan tentunya, sebagaimana kata Franz Magnus Suseno; filsafat dibutuhkan sebagai ilmu kritis, untuk mempertanyakan ulang, dan untuk menilai kembali.


Dapatkan bukunya disini : Filsafat Sebagai Ilmu Kritis

Posting Komentar

0 Komentar