Kampung Wisata Kasongan Dalam Novel Kasongan karya Satmoko Budi Santoso
Kasongan adalah sebuah desa wisata yang terletak di Bantul, Yogyakarta, tepatnya di Kajen, Kelurahan Bangunjiwo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini terkenal dengan gerabah kasongannya, tetapi pernahkah kita bertanya asal muasal Kasongan? Tahukah kalau Kasongan merupakan terbosan Kyai Song? Bagaimana kampung Kasongan yang merupakan pusat gerabah kasongan dalam sudut pandang etnografi? Novel Kasongan, Tanah Ajaib Itu Bernama Gerabah karya Satmoko Budi Santoso menjawabnya.
Review Novel Kasongan, Tanah Ajaib Itu Bernama Gerabah karya Satmoko Budi Santoso
Novel Kasongan menjelaskan secara etnografis wisata gerabah kasongan secara lengkap, termasuk sejarah pembuatan gerabah kasongan, untuk mempermudah penjelasan, saya bagi menjadi beberapa bab.
Identitas Buku Kasongan
Judul Novel : Kasongan
Penulis Buku : Satmoko Budi Santoso
Penerbit Buku : Penerbit Diva Press
Tahun Terbit Buku : Cetakan Pertama, Mei, 2012
Jumlah Halaman Buku : 400 halaman
Ukuran Buku : -
ISBN Buku : 978-602-191-156-3
Genre Buku : Sejarah, Sosbud,
Harga Buku : -
Rate Buku : 3/5 atau 2/3
Siapa Penulis Kasongan?
Penulis novel Kasongan adalah Satmoko Budi Santoso. Ia adalah penulis yang tinggal di Yogyakarta dan memiliki beberapa pengalaman menulis. Beberapa karyanya yang telah lahir adalah kumpulan cerpen dan novel, yang diantaranya adalah:
- Jangan Membunuh di Hari Sabtu (2003),
- Bersampan ke Seberang (2006),
- Sasi, Anjing-Anjing di Kampung Saya (2011),
- Liem Hwa (2005), Ciuman Terpanjang Yang Ditunggu (2005), dan
- Jilbab Funky (2011).
Karya cerpennaya juga diterbitkan oleh Lontar Foundation Jakarta untuk seri sastra Menagerie 7 pada tahun 2010. Antologi Nanduring Karang Awak diterbitkan dalam rangka festival Sastra Internasional Ubud Writer dan Readers Festival di Ubud Bali pada tahun 2011.
Buku Kasongan yang menceritakan sentra gerabah kasongan terbit pada tahun 2012. Yang berarti buku keenamnya yang diterbitkan.
Bentuk dan Desain Buku Kasongan
Buku Kasongan memiliki ukuran yang sedang, sebesar buku Tipping Point karya Malcolm Gladwell. Desainnya adalah seorang cowok yang memandang desa Kasongan melalui bingkai, sementara terdapat dia kerajinan gerabah bewarna putih dan daun di kedia bingkai.
Pada bagian atas novelnya tertulis nama Satmoko Budi Santoso dan pujian terhadap novelnya. Pada bagian bawah judul novel Kasongan ditulis merah, dan dibawahnya tertulis 'Tanah Ajaib itu Bernama Gerabah'.
![]() |
Desain novel Kasongan |
Berapa BAB Novel Kasongan?
Novel Kasongan memiliki 21 BAB yang didalamnya mengisahkan tentang dusun wisata kasongan. Desa wisata Kasongan adalah sebuah tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang karena keahlian masyarakatnya membuat gerabah.
Setiap Bab buku membahas tentang kampung Kasongan baik dari sejarah, kisah, dan kebudayaannya. Satmoko Budi Santoso juga menulis tentang modernisasi desa Kasongan.
Sinopsis Novel Kasongan
Novel Kasongan karya Satmoko Budi Santoso membawa pembaca pada petualangan lintas budaya, sosial dan sejarah yang memikat tetapi juga kelam di Desa Kasongan, Yogyakarta. Desa yang dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah tersebut diceritakan mulai mengalami modernisasi. Jalanan yang dulu batu-tanah berubah aspal, membuat ada keuntungan rugi-untung di desa Kasongan.
Cerita Kasongan dibawakan Satmoko Budi Santoso menggunakan beberapa karakter. Karakter yang paling disebut adalah Srundul dan Srindil, dua adik kakak yang satunya menjadi pebisnis Kasongan yang sukses, dan Srindil yang menjadi penulis yang kurang beruntung.
Sementara 'aku', aku dalam novel Kasongan adalah seorang perempuan paruh baya yang melakukan jasa jemput antar yang kerap membawa penumpang, termasuk membawa orang untuk jalan-jalan di desa Kasongan. Perjalanan itu ia lakukan dengan bercerita dan bertukar pikiran dengan penumpang, dan dalam cerita itulah kampung wisata Kasongan mengeluarkan rahasianya.
Kasongan menyimpan kisah-kisah menarik tentang budaya, tradisi, dan perjuangan para perajin gerabah di masa silam. Termasuk dalam hal ini adalah kisah Kyai Song, seorang kyai yang konon merupakan pendiri dan tokoh sentral di Kasongan yang sayangnya, jarang dibahas oleh publik.
Tokoh-Tokoh di Dalam Novel Kasongan
- Aku, tokoh 'aku' digambarkan sebagai seorang perempuan yang tidak hanya bekerja sebagai guru TK, melainkan juga sebagai ojek lokal. 'Aku' sering membawa orang ke dusun wisata Kasongan. 'Aku' jugalah yang melakukan cerita tentang kyai Song dan sejarah desa Kasongan.
- Srundul, Srundul dalam novel Kasongan adalah seorang penulis. Ia adalah cowok yang drop-out saat kuliah S1 tetapi tetap hidup dalam optimisme. Dia dianggap pakar sebab mampu menyamai pemikiran mahasiswa dan kerap dipertemukan dengan orang yang ingin lebih tahu tentang desa Kasongan.
- Srindil, tokoh ini digambarkan penulis sebagai seorang yang pandai berbisnis. Bisnis gerabah Kasongannya sukses dan makmur. Truk dan kontainer lalu-lalang untuk mengangkut produksi gerabah Kasongannya.
- Sardi, dalam novel Kasongan Sardi adalah temannya 'aku'. Ia adalah seorang ojek yang kerapkali mangkal untuk mencari penumpang.
- Kyai Song dalam novel Kasongan diceritakan sebagai seorang kyai yang melawan Belanda secara diam-diam, yaitu mengajak warga untuk merubah produksi mereka yang pangan menjadi gerabah. Kyai Song adalah tokoh sentral dalam berdirinya kampung wisata Kasongan.
- Kepala Desa, dalam ceritanya 'Aku', kepala desa memiliki peran penting dalam mencegah pemindahan dan penggusuran makam kyai Song.
- Warga, kendati nampak seperti NPC tetapi pada beberapa scene warga berperan sebagai pendukung cerita Kasongan.
Tema Novel Kasongan dan Quote di Novel Kasongan
Bila membacanya, tema ceritanya jelas adalah sejarah dan kebudayaan Kasongan sebab dalam bukunya fokus penceritaannya bermuara pada kedua hal tersebut. Tokoh aku dalam cerita ini juga menjelaskan kehidupan masyarakat Kasongan, desa pembuat gerabah.
Quote di Novel Kasongan, Sebuah Insight
Desa kami, Kasongan ini, adalah salah satu desa titik bertahan pangeran Diponegoro ketika dulu berperang melawan Belanda. Hlm. 22
Pada kutipan ini Satmoko menjelaskan bahwasanya kampung Kasongan dalam sejarah catatan penyebaran Islam dan perlawanan terhadap penjajahan memiliki peran yang sentral. Pangeran Diponegoro yang terkenal dengan pasukan paderinya menjadikan desa demi desa sebagai titik pertahanan dalam melakukan perlawanan di masa lampau.
Padahal kejawen hanya masalah kepercayaan. Tetapi karena memakai dupa dan kemenyan segala, terus bisa dianggap untuk mencari pesugihan. hlm. 124
Pada bagian ini Satmoko menjelaskan bahwasanya terdapat benturan kebudayaan dengan kepercayaan di masa lampau. Bahwasanya tradisi dan budaya tidak akan bisa terlepas dari skeptisme masyarakat serta pandangan mereka terhadap bagaimana suatu hal yang baik cenderung jatuh kepada hal-hal yang negatif.
Pengusaha dan perajin adalah juga manusia biasa. Tentu, mereka mempunyai hobi, mempunyai kegemaran sebagaimana orang lain. Hlm. 233
Satmoko menjelaskan bagaimana masyarakat Kasongan menyukai tembang-tembang seperti cucakrowo. Kegemaran tersebut umumnya juga dicampur dengan tradisi berpesta, yang dalam hal ini akan dilakukan ketika mereka sedang melakukan pesta sebagai perayaan banyak yang memesan kasongan.
![]() |
isi novel kasongan |
Amanat Buku Kasongan
Selain tentang gerabah kasongan, ada beberapa amanat yang bisa diambil dari novel Kasongan. Pesan moral tersebut diantaranya adalah;
- Jangan mau hidup terjajah, kembangkan potensi diri sebaik dan seluas mungkin
- Sejarah penting sebab menceritakan tentang masa lalu yang membuat kita ada saat ini
- Kita harus bangga dengan kebudayaan dan tradisi yang kita miliki selama itu baik
Kelebihan dan Kekurangan Novel Kasongan
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan novel kasongan menurut saya. Biarkan saya menjelaskan kelebihannya terlebih dahulu:
Kelebihan Buku Kasongan
Novel Kasongan yang menceritakan kerajinan gerabah kasongan bagi saya sangat informatif sebab membahas desa Kasongan secara komperhensif dan etnograf. Pembahasan akan kampung Kasongan bukan hanya sejarahnya saja, melainkan juga kebudayaan.
Titik sentral dalam novel ini menurut saya adalah kyai Song itu sendiri. Beliau merupakan tokoh agama yang memiliki peran sangat penting untuk merubah mindset masyarakat yang terjajah untuk melakukan perlawanan, bahkan sampai membuat masyarakat kini maju dalam pembuatan gerabah.
Kekurangan Buku Kasongan
Siapa Yang Mesti Membaca Novel Kasongan
Yang mesti membaca novel Kasongan bagi saya adalah mereka yang ingin mengenal lebih dalam tentang kampung wisata Kasongan. Buku ini lengkap menjelaskan dan memberikan infomasi-informasi yang berkaitan dengan desa Kasongan baik dari sejarah, kebudayaan, tradisi, dan masyarakatnya.
Rate Buku
Sebagai pembaca, saya memberikan buku ini rating 2 dari 3 bintang dan masuk kedalam kategeori lumayan. Kendati memiliki banyak pujian, kita tidak akan bisa lepas dari bagaimana novel ini mengandung banyak informasi penting. Novel ini memang agak kaku, tapi tidak apa untuk membacanya. Setidaknya, untuk informasi.
Penutup
Desa wisata Kasongan tidak akan pernah terlepas dari kisah dan sejarahnya. Perjuangan kyai Song yang jarang dibahas publik muncul dalam novel ini sebagai perlawanan terhadap penjajahan masyarakat di masa lampau.
Terima kasih telah berkunjung ke BukuBagus, terima kasih telah membaca! BukuBagus merupakan website rekomendasi buku, silahkan berlangganan atau tulis di kolom komentar tentang buku yang layak untuk dibaca semua orang. Ayo bantu orang lain menemukan buku yang membuat mereka jatuh cinta akan membaca!
Looking for another book? Check it on Review Novel - Review Buku at this website!
Referensi
Satmoko Budi Santoso, Kasongan, 2012, PT Diva Press
Posting Komentar
0 Komentar